GURUKU

Guru pada dasarnya adalah diGugu dan dituRU.
Bagaiaman sekarang?
Guru perlu disuGu dan diRuru
Disugu merupakan istilah bahasa dan orang sunda, yang artinya menghaluskan permukaan kayu dengan ketam.
Diruru merupakan istilah istilah bahasa dan orang sunda, yang artinya membersihkan kotoran pada kulit tubuh.
Mengapa paradigma itu berubah ?
Mari renungkan bersama-sama !

Jumat, 17 Januari 2014

20 Perilaku Guru yang Keliru dalam Kesehariannya
Guru sebagai ujung tombak kesuksesan pendidikan. Guru di negeri diangkat oleh pemerintah dan yayasan. Maka Tombaknya bila ingin tajam, maka pemerintah dan yayasan perlu ikut bertanggung jawab terhadap keadaan guru itu. Wajar bila tombaknya tumpul, karena pemerintah dan yayasan-nya setengah hati memperhatikan guru. Memperhatikan guru bukan hanya masalah kesejahteraannya saja, tapi tugas dan beban kerja pun harus benar-benar dilaksanakan. Tapi biarlah itu urusan pemerintah dan yayasan-nya, karena mereka pun suatu saat akan diminta pertanggungjawabannya oleh Tuhannya. Kita refleksi diri kita saja sebagai guru yang telah diberi penghormatan khusus oleh Tuhan. Maka penghormatan dari Tuhan jangan disia-siakan oleh para guru. Agar penghormatan dari Tuhan dapat lebih bermakna, maka dari hasil refleksi selama melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya. Selama itu diperkirakan ada 20 perilaku guru yang keliru, akan tetapi dari 20 perilaku ini tidak semua guru melakukannya. Adapun perilaku yang 20 itu
1.  Guru tidak melunasi gaji dan tunjangannya, berapa menit guru tidak memberikan pembelajaran, karena Anda alfa ke kelas langsung datang menemuai siswa?
2. Menelantarkan pembelajaran peserta didik, berapa menit guru tidak bertatap muka dengan siswa? Berapa menit guru tidak melakukan kegiatan pendahuluan, memotivasi, mengeksplor, mengelaborasi, dan konfirmasi pada pembelajran?
3. Tidak memfasilitasi perkembangan siswa, berapa menit guru tidak memberikan pelayanan kepada siswa? Berapa menit guru membiarkan siswa tidak memperoleh masukan ke dalam tubuhnya dengan hal-hal yang positif?
4. Tidak menyenangkan siswa, apakah guru itu selalu disenangi atau ditakuti siswa? Berapa siswa yang senang terhadap gurunya? Berapa siswa yang merasa rindu dengan gurunya? Berapa siswa merasa tidak nyaman ketika guru berada di kelas?
5. Memaksa siswa yang ujung-ujungnya uang. Berapa siswa yang dipaksa guru untuk menyerahkan uang dengan alasan untuk les, bimbel, her, remidial, praktikum, dan alasan peningkatan hasil ulangan? Berapa siswa yang merasa ketakutan akibat ujung-ujungnya diselesaikan dengan uang? Berapa siswa miskin yang telah dibabntu guru sehingga termotivasi untuk belajar?
(bersambung)